Sabtu, 07 Agustus 2010

INSYAALLAH BISA!

SUNGGUH, kalian memiliki kepekaan rasa yang amat sangat. Hingga air mata kalian menetes. Bahkan setelah membaca sebanyak dua kali, air mata itu tetap menetes. Sebagaimana yang tertera dan kalian tulis seperti ini:

INSYAALLAH“Bun, biarpun dh bc 2X, tetep aj aq ga bs thn air mata nich bun...:Tp itu mmg realita, trus qt bs ap y bun??” (Novie Harun) komen dalam: “Sebuah Sketsa”

“Miss U Bunda Q....dah lama ga baca tulisan diri mu n skali baca always nitik terus air di mata ini....Kata2 yg Bunda tulis sejuuuuk banget hati ini bacanya...kpn ya Alloh mempertemukan Qta??

"...Iya, Bun....Alloh slalu menguji hati Yani...makanya sejuk baca tulisan Bunda...”

“Skrang emang lagi sedih hati ini, Bun....Tak apalah...Kan ada obatnya yaitu always baca tulisan2 Bunda di FB ini.... (Mulyani Khaira) dalam komen untuk status: “Amal seseorang tidak dapat dianggap baik, melainkan jika didorong oleh niat yg baik. “

“Bunda sayang yg dimuliakan oleh Allah.. btapa hati ini slalu brgetar bila mmbaca notes2 bunda.. hingga tak trasa air mata ini slalu menetes krn bgitu mnggunungnya dosa yg sdh aku lakukan. Jazakillah atas smua catatan bunda yg bgitu mnyentuh relung hati, yg mmbuat hati ini smakin kokoh utk melabuhkan cinta hanya kpd Allah & Rasulnya..
Smoga kita kaum muslimin slalu brusaha utk trus berjuang dgn keras mningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT demi mencapai kecintaan yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi dari yg lainnya.. Allahumma Amin
Wassalam, Luv U Bunda, Lillahi ta'ala (komen Nuy Kamilah, pada tulisan komenku untuk Jeanny Dive &Sahabat)

MASYAALLAH, Subbhanallah, Alhamdulillah. Bersyukurlah kalian atas nikmat rasa seperti yang kalian miliki itu. Karena tidak gampang dan tidak mudah, seseorang meneteskan air mata, hanya demi melihat dan membaca sebuah tulisan. Dan ini terjadi pada diri kalian.
Meneteskan air mata demi membaca sebuah tulisan, tentunya karena terharu dan tersentuh hati.

Dan gambaran semacam ini, kutandai, bukan hanya di notes / catatan-catatan ini, tapi juga di dalam sebuah bentuk tulisan semacam status, link atau apapun namanya barangkali, terlihat hal serupa.

Salah satu contohnya adalah seperti ini:

“Perih menghampiri ketika membaca postingan ini, andai kata mereka dekat pd Pengusa hati, takkanlah ini terjadi, jauh dari cahaya Illahi...sungguh menyayat hati… namun memanglah reality, terjajah oleh penguasa negeri sendiri yang tidak punya otak dan hati Nurani, ingin kenyang dan senang sendiri..ku hanya bisa menjerit dlm hati, berharap cita2ku kan tercapai nanti tuk memajukan saudara2ku yg ku cintai, insyaAllah.” (Ummu‘Aisyah) komen dalam: “Sebuah Sketsa”.

DAN lihatlah pula ini:

“Ummi, tiada yang dapat ana ungkapkan dengan kata, hanya debaran tasbih, tahmid dan takbir dalam dada. Kalimat2 nasehat dan sapaan ummi pada anak2 ummi di fb begitu menyentuh dan memberi inspirasi. Semoga Allah melimpahkan kesehatan dan keberkahan pada Ummi. Semoga langkah2 dan perbuatan ummi senantiasa juga mendapat acungan 'jempol' dari malaikat dan pesuruhnya (Allahurrahiim).” (Ocha Ina) komen pada status “Amal seseorang tidak dapat dianggap baik, melainkan jika didorong oleh niat yg baik”

INI pula:

“ummi...trmksh dah boleh ngintip note nya...selalu ada 'rasa' seorg ibu dalam tiap note ummi, menyentuh relung hati...(Mila Martha), dalam komen untuk catatan: “Sebuah Sketsa”.

DAN INI:

“bunda.. subhanallah... selalu saja tulisan tulisan bunda menyentuh hatiku, apalah arti 'jempolku' dibanding dengan jawaban bunda atas jempolku... semoga Allah selalu merahmati dan menjagamu wahai bundaku.. amin ya Rabb... much ♥ u bund' (Dian Prima Ardhani) komen pada status: “Amal seseorang tidak dapat dianggap baik, melainkan jika didorong oleh niat yg baik. “

“Subhanallah...pilu rasanya hatiku...kadang kt tak peduli dengan keadaan di sekeliling kt..” (Hj Susi Suliastuti) dalam komen: “Sebuah Sketsa”

“Gambaran negri tercinta...pilu..”. (Henny Herliani): komen dalam: “Sebuah Sketsa”

“Subhanallah..sungguh jiwa ini merindukan pemimpin-pemimpin yg amanah, yg berjuang demi rakyat bukannya malah menyengsarakan rakyat…merindukan manusia2 yg tidak tergerus oleh arus globalisasi, yg membuat mereka individualis, tidak peduli pada saudara sendiri untuk itu mereka tak segan berbagi, dan saling mengulurkan hati.....dan kesadaran rakyat indonesia bahwa pada akhirnya kita menuju ALLAH, tempat dimana kelak semua akan dipertanggungjawabkan, untuk itu mereka tdk mengambil hak saudara sendiri..” (Adyani Sultani) komen pada: “Sebuah Sketsa”.

“syukron kasier ats tag nya Bunda, i like this,, Allahu Akbar. . . .ada apa dgn negri q, negri yg konon menjadi negri dgn jumlah umat Islam trbanyak d'dunia..... materi tlh memperbudak rakyat negri q, mw skolah aja pke nyogokk..!! perih.. sesak dada ini..” (SilVia da Unni) komen pada: “Sebuah Sketsa”

“Masya Allah... Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil 'Aliyyil 'Adziim...” (Peri Awang) komen pada: “Sebuah Sketsa”

“ummi Subhanallah... sebahagian org yg tak pernah terkena dampak spt yg ummi n sy amati akn menganggap kita pesimis n sinis. Tp kita hny mencoba "bersuara" dtengah sunyinya gerak murni. Smg Allah mengkaruniakan kita hati bersih n ikhlas amin.” (Hesti Fazrul) komen pada: “Sebuah Sketsa”.
_____________________________________________________________


KATA-KATA DAN KALIMAT yang menyentuh hati seseorang, dan dinyatakan oleh si pemiliknya, itupun suatu perbuatan yang baik dan bermanfaat pula, anak-anakku. (meski kata/kalimatmu itu kadang disingkat sedemikian rupa, hingga membuat ‘kurang nyaman di dalam membacanya’, he..he..bunda..’jadul’ kali ya?)

NAMUN, biar bagaimanapun, mungkin dan insyaAllah, ada orang yang tersentuh hatinya, tertagih tangannya, untuk ikut pula tergerak, dalam usaha untuk melihat lingkungn sekitar, setelah membaca komentar-komentarmu itu.

Membantu mereka yang mungkin saja hari ini/hari itu, tidak memperoleh nasi dan makanan untuk pengisi perutnya.apalagi yang bergizi tetap. (meski tidak selalu setiap hari begitu..karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang).

JADI jangan berkecil hati, apa saja yang kita lakukan, baik melalui perkataan, tulisan, atau amal sedekah, sekecil/seminimal apapun, insyaAllah dapat membantu sesama saudara demi meringankan penderitaannya.

Allah tidak menciptakan sesuatu itu sia-sia.

“………….: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia………(QS 3:191)

BAHKAN, diri kitapun diciptakan bukan untuk main-main:

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesunguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS 23:115)

JADI ADA TUJUAN. Dan tujuan itu adalah suatu tujuan yang benar, dengan maksud tertentu. Yaitu agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak dirugikan.

“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.” (QS 45:22)

KALAU KITA menjadari bahwa ada tujuan di dalam Allah menciptakan langit dan bumi, dan tujuan tersebut adalah tujuan yang benar, dan mereka akan dibalas sesuai perbuatannya, maka sebagai seorang yang beriman, kita mesti bertanya:

Apakah yang harus kita lakukan dan bagaimana mengisi kehidupan ini? Agar tidak merugi, dan mendapat balasan atau ganjaran yang baik?

Apakah kita hanya mengisinya dengan main-main? Dengan ketersiaan dan ketidakmanfaatan?

Mengisi dengan cara hedonis? Dengan prinsip dan filosofi; mumpung lagi hidup, ayolah bersenang-senang. Rauplah kepuasan! Jadilah konsumeris, misalnya!

Belanjalah ke Mall! Belilah segala macam barang produk baru hasil teknologi mutakhir, dari mereka yang senang mengejar harta dan keuntungan serakah dalam menjual? Oleh sistem kapitalis liberalisme yang mereka anut? Yang senang menjajah dan menguasai ekonomi global dalam global trade yang mereka lakukan, di atas landasan era global, dengan globalisasi informasinya yang tak dapat dibendung?

“Berbanggalah dengan kepemilikan barang baru hasil teknologi modern itu di rumah kita!”seru mereka barangkali.

Rumah yang juga megah, dengan mobil beberapa buah, yang mewah pula. Biar orang menjadi terperangah, kagum akan kekayaan dan kepemilikan terhadap barang-barang baru yang ‘wah” itu!

Supaya eksistensi diakui. Diri dipandang. Kedudukan dihormati. Dan mendapat julukan:

“Wah bapak atau ibu anu itu, kaya banget. Konglomerat. Rumahnya megah. Mobilnya beberapa buah. Sedan terbaru dengan merk mobil yang terkenal mahal. Perabotan rumah yang juga serba mewah. Modern. Buatan luar negeri dan mahal-mahal pula!”

SEMENTARA DI SEKELILINGNYA, tidak jauh dari batas areal komplek rumah-rumah gedongan tersebut, yang dibangun megah dan mewah, agak meninggi di atas bukit atau tanah ketinggian, berderetlah bangunan petak. Bahkan gubuk, yang reyot dan setengah papan. Di tanah, atau gang-gang becek akibat banjir, di mana kanan kirinya got-got mampet saling mengisi airnya dengan nyamuk-nyamuk demam berdarah. Dan para penghuninya senin kemis mencari, dan mendapatkan makan, demi hanya sekedar bisa mengisi perut dari serangan lapar!

Sedang di komplek perumahan gedongan itu, tinggallah orang-orang kaya atau pangkat, berstatus koruptor, manipulator, konglomerat hasil berkolusi, berkoneksi, berkolaborasi, bernegosiasi dan sebagainya lagi, dengan menyogok sana sini. Menipu kanan kiri. Menghembat dan menyikat ke sana ke mari.

Dan sebagainya pula, dengan mobil mewah yang dikendarai dan disetir sopirnya. Asyik dan sejuk duduk bersandar di mobil ber ac. Menikmati lagu-lagu kehidupan, dengan musik instrumentalia!

Sementara sang rakyat kecil, jelata, yang tinggal di petak dan gubuk-gubuk itu, yang sewaktu-waktu, kalau perlu, rumahnya bisa digusur karena alasan jalur hijau. Tanah Negara atau sudah disertifikasi oleh pengusaha konglomerat setempat.

Atau kalau belum dan tidak, ya dibeli dengan harga murah untuk dibangun tambah menjadi perumahan orang-orang kaya lainnya.

Atau untuk dibangun fasilitas jalan tol pula, bagi pemilik kendaraan, aktifitas si sang pengusaha!

Rakyat yang bekerja dengan peluh membanjir tubuh. Kulit kering coklat sawomatang berwarna kehitam-hitaman, karena disengat matahari terik yang membakar badannya!

BEGITULAH. Perbedaan yang mencolok! Antara si kaya dan si miskin, di Negara yang berpenduduk dua ratus empat puluh jutaan jiwa! Dan bertanah luas serta subur dengan segala jenis tumbuhan, barang tambang, dan lautan yang dipenuhi aneka ikan, udang, cumi, serta hasil laut lainnya!!

Selebihnya.. pernah pula bunda membuat suatu puisi di catatan fb ini berjudul: "Kemana Negara, Bangsa dan Rakyat Ini akan Dibawa?". (kalau tak keliru judul).

Di situ bunda terakan dan gambarkan, dari mulai zaman kemerdekaan (Orde Lama, Baru, Reformasi) kondisi sosial masyarakat kita "masih belum benar-benar merdeka dan berubah". Begitu pula pada tulisan:”Sebuah Sketsa”.

Meski ada peroyek mercu suar seperti bangunan bertingkat pencakar langit, dengan berbagai fasilitas hiburan, rumah sakit, perkantoran, sekolah, perguruan tinggi dsbnya pula. Bahkan sudah bisa memproduksi pesawat terbang dan mobil! (meski ada juga yang assemblingan dengan Korea atau Jepang)

TERNYATA terlihat di sana, di antara penduduk negeri, masih terlihat dan terdapat “ketimpangan yang menganga” antara si kaya, dengan segala kemegahan kemewahan hidupnya yang menyolok mata, dengan si rakyat miskin yang hidupnya papa dan sengsara.

Dikejar-kejar ketakutan digusur, bilamana berdagang di kaki lima. Ketakutan dibongkar gubuknya karena menempati dan membangun gubuk di jalur hijau, yang bukan menjadi tanah miliknya.

Tragi dan ironinya, jika tinggal di kampung/di desa..pun, akan membawa dampak kebingungan dan kegelisahan yang sama.

Betapa tidak?

Tidak punya lahan, menyebabkan mereka menggarap sawah atau ladang, milik orang lain. Sehingga tidak mendapat apa yang semestinya mereka dapati, sebagai hasil kerja secara wajar.

Memiliki ladang atau sawahpun, mesti dikejar dan dimakan para tengkulak. Belum lagi datang serangan hama. Atau hujan yang terus menerus dan kekeringan tanah akibat tidak turunnya hujan.

Tanah menjadi tidak subur. Bahkan bisa retak. Meski ada irigasi untuk pengairan.

Macam-macam penderitaan rakyat terlihat dan terdapat di mana-mana di negeri yang kaya barang tambang, perkebunan, pertanian dan perikanan. (kalau digarap benar-benar demi kepentingan dan peruntukan rakyat, alangkah beruntungnya!)

Anak tidak dapat di sekolahkan karena tidak memiliki biaya. Atau kalaupun dapat, karena ada ‘unsur gratis dan bebas biaya spp’, tapi bagaimana bisa beli buku dan alat tulis? Ongkos berangkat sekolah, sekedar uang saku/jajan dan sebagainya lagi. Belum lagi untuk masuk SMU dan Perguruan Tinggi!?

Wah…jadi barang mewah. Kalau saja tidak memiliki kepintaran dengan angka-angka perolehan nilai yang tinggi dan membanggakan, untuk bisa memperoleh status pelajar, mahasiswa/mahasiswi sekolah dan perguruan tinggi negeri!

Belum lagi kalau sudah selesai jadi sarjana, orientasinya kemana? Ke pekerjaan, jabatan, kedudukan; sesuatu yang bersifat finansial material. Mecari kesenangan dan kebahagiaan semu di balik ilmu yang dimiliki. (itupun kalau pekerjaan seperti itu masih bisa didapat atau perole, di tengah pengangguran yang melanda)

lmu dan pendidikan/ pengetahuan bukan digunakan untuk membangun dan ikut membantu mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara dengan rasa tanggung jawab dan akhlak yang baik, iman yang dalam, kuat sesuai agama, tapi hanya untuk mencari status, kebanggan dan kehormatan diri yang semu dan nisbi.
Sistem dan tujuan pendidikan serta unsur-unsur pendidikannya tidak menunjang ke arah itu.

YA ALLAH? MAU kemanakah kita? padahal jelas suatu saat ajal itu datang. Kematian itu merenggut jiwa-jiwa. Meskipun kita ingin hidup seribu tahun lagi! (QS 21:35)

“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia) , bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang muysrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS 2:96)

Surga dan neraka akan menanti. Sesuai amal yang diperbuat selagi di dunia ini.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3: 185)

“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.” (QS 45:22)

Apakah mereka tidak tahu, bahwa tujuan hidup ini hanya untuk Allah? mencari keridaan-Nya? sekaligus untuk beribadah/menyembah/berbakti kepada-Nya dengan mengesakan, tanpa mempeserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun?

Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidpku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada seukutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah)”. (QS 6: 161-163)
Juga lihat QS 98:5, QS 3:18, QS 21: 25.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Akutidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak mengendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesunguhnya allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS 51:56-58)

DUHAI KALIAN yang berhati lembut. Yang memiliki kepekaan rasa. Yang menitikkan air matanya demi membaca dan melihat kemungkaran dan ketidak-adilan; kalian insyaallah bisa berbuat. Sebagaimana kalian telah berbuat.

Karena kalian telah memiliki modal.
Hati kalian dapat merasa. Mata kalian dapat melihat dan membaca dengan baik segala fenomena yang terlihat dan terpampang di hadapan kalian. Telinga kalian dapat mendengar segala pesan-pesan yang tersampaikan melalui mata dan penglihatan kalian. Akal kalian telah bisa menimbang dan ikut memikirkan. Merenungi setiap fenomena yang ada.

Sungguh. Kalian tidak diam termangu dan membisu. Minimal kalian telah mau melontarkan apa yang menjadi rasa kalian dan apa yang menjadi pemikiran kalian. Unek-unek di hati dan dada kalian. Keinginan serta damba kerinduan, untuk bisa juga berperan aktif.

Membaca sebuah tulisan saja misalnya, kalian sudah tersentuh dan tergugah. Meneteskan air mata dan berkehendak. Bagaimana lagi kalau kalian semakin banyak membaca dan membaca.

Bukan hanya yang tertulis, tapi juga yang tidak tertulis. Yang berada di sekeliling kita. Dekat maupun jauh. Internal eksternal. Individual sosial. Di antara umat atau saudara kita sendiri, atau di luarnya. Di dalam diri kita sendiri maupun di lainnya.

Ya Allah. Insyaallah kalian pasti bisa. Kalau saja kalian mau dan mencari keridaan Allah dengan hati yang ikhlas murni…hanya untuk Islam. Untuk Allah dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wasallam. Meski seminimal mungkin atas apa yang kalian miliki. Baik harta, ilmu, ide, gagasan, pikiran, konsep, keahlian atau kebisaan dan kemampuan lainnya yng kita miliki bersama. Insyaallah …’amiin..

Wallahu a’lam
Barakallahu fiikum….’amin Allahumma ‘amin..





sumber : http://www.facebook.com/notes/kembang-anggrek/insyaalah-bisa/10150239657180570

Tidak ada komentar:

Posting Komentar