Jumat, 23 Juli 2010

KISAH PENYELAM MUTIARA

Kisah ini begitu indah. Seringkali mengingatkan saya tentang hakikat sebuah kehidupan.
Disalin dari sahabat OFA , KATA-KATA HIKMAH 1..semoga bermanfaat . Salam ...


Hidup manusia tidak ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara. Seorang penyelam mutiara, dalam melaksanakan tugasnya selalu dibekali dengan tabung oksigen yang terpasang di punggungnya. Pada saat ia terjun menyelam, niatnya bulat ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya. Tetapi begitu ia berada di bawah permukaan laut, ia mulai lupa pada apa yang harus dicarinya. Kenapa? Ternyata pemandangan di dalam laut sangat mempesona. Bunga karang yang melambai-lambai seolah-olah memanggilnya, ikan-ikan hias berwarna-warni yang saling berkejaran dengan riangnya membuatnya terpana. Ia pun lalu terlena ikut bercanda ria, melupakan tugasnya semula untuk mencari tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut sana.

Hingga pada suatu saat, dia terkejut manakala disadarinya oksigen yang berada di punggungnya tinggal sedikit lagi. Timbullah rasa takutnya. Tak terbayang olehnya bagaimana kemarahan majikannya kelak bila ia muncul ke permukaan tanpa membawa tiram mutiara sebanyak yang diharapkan. Maka dengan tergopoh-gopoh ia pun busaha untuk mencari tiram mutiara yang ada disekitarnya. Namun sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah habis terkuras bercanda ria dengan keindahan alam bawah laut.

Akhirnya isi tabung oksigennya benar-benar kosong, sehingga walaupun tiram mutiara yang diperolehnya sangat sedikit, ia mau tidak mau harus muncul ke permukaan. Malangnya lagi, karena tergesa-gesa dia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga ketika tersenggol ikan yang berseliweran di sampingnya, tiram mutiara yang sudah didapatnya dengan susah payah itu sebagian tertumpah ke luar.

Di permukaan, majikannya telah menunggu. Begitu dilihatnya isi kantong si penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana yang ia harapkan, maka tumpahlah caci makinya dan saat itu juga si penyelam dipecatnya tanpa pesangon sedikitpun. Tentu saja bisa kita bayangkan bagaimana gundahnya perasaan si penyelam.

Dengan penuh rasa penyesalan, si penyelam berusaha minta kesempatan ulang untuk menyelam kembali. "Tuan, ijinkanlah aku untuk menyelam kembali, pasti aku akan mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya." Namun majikannya dengan tegas menolak, "Percuma engkau aku beri kesempatan, ternyata engkau hanya pandai membuang-buang oksigen saja."

Kisah ini amat mirip dengan perjalanan hidup manusia di dunia. Tabung oksigen adalah perlambang jatah umur manusia, tiram mutiara mengibaratkan pahala yang harus kita kumpulkan dan tiram mutiara yang tumpah mengumpamakan pahala yang hilang karenanya, sedangkan keindahan yang ada di dalam lautan melambangkan godaan-godaan kenikmatan duniawi dengan harta, tahta dan wanitanya.

Marilah kita instropeksi, sudah cukupkah tiram mutiara yang kita peroleh?, Sehingga bila suatu saat kita harus muncul ke permukaan menemui majikan kita, Allah swt, Ia ridha menerima kita. Apalagi Ia telah berfirman dalam surat Al-Ankabuut ayat 6:

"Tidaklah kehidupan DUNIA ini melainkan SENDA GURAU dan PERMAINAN, sesungguhnya AKHIRAT itulah yang SEBENAR-BENARNYA KEHIDUPAN."

Juga Firman-Nya dalam QS Al Hadid ayat 20 yang artinya:

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah PERMAINAN dan suatu yang MELALAIKAN, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. ...... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah KESENANGAN YANG MENIPU."


SUMBER:Buku Sentuhan Kalbu .penyaji Ir.Permadi Alibasyah

MANFAAT MAMBACA AL IKHLAS

MENGAPA DISEBUT SURAT IKHLAS ?

Karena Surat ini mampu menyelamatkan pembacanya dari segala kesulitan , baik urusan dunia ataupun akhirat, ketika sakaratul maut, kegelapan dalam alam kubur, dan kelak di hari kiamat.


Berikut beberapa hadist dan kisah yang meriwayatkan tentang keutamaan membaca SURAT AL IKHLAS :

Dari Anas Bin Malik ra, Nabi saw bersabda :
Siapa membaca surat Al Ikhlas 1x, seolah-olah ia membaca Al Quran sepertiganya, membacanya 2x berarti duapertiga AlQuran, dan siapa membaca 3x, seolah-olah ia membaca Al Quran seluruhnya. Dan barangsiapa membacanya 10x, maka ALLAH membangunkan untuknya sebuah gedung di surga yang terbuat dari yakut (permata merah)


dari Rasullullah SAW sabdanya kepada Aisyah ra :

Janganlah tidur sebelum melakukan 4 perkara, yaitu :
1. Mengkhatamkan Al Quran
2. Menjadikan para Nabi sebagai penolongmu kelak di hari kiamat
3. Membuat umat Islam senang kepadamu
4. Melakukan ibadah haji dan umrah

Kemudian Aisyah bertanya, Ya Rasul kenapa engkau menyuruhku melakukan 4 perkara yang tidak mungkin aku lakukan dalam waktu sesingkat ini ?
Maka Beliau tersenyum , dan bersabda : Apabila engkau membaca Surat Al Ikhlas, berarti seolah-olah engkau telah mengkhatamkan Al Quran, dan jika engkau bersholawat kepadaku dan para nabi sebelumku, berarti engkau telah menjadikan kami sebagai penolongmu kelak di hari kiamat, dan ketika engkau memohonkan ampunan untuk orang-orang mukmin, berarti mereka telah ridha kepadamu , dan apabila engkau mengucapkan : SUBHANALLAH WALHAMDULILLAHI WALAAILAHAILALLAHULLAHUAKBAR berarti engkau telah melakukan ibadah haji dan umrah
(Tafsir Hana'fi)

Ada sebuah kisah ketika zaman Rasullullah ada seorang yang meninggal tetapi masih mempunyai hutang 4 dirham, ketika Nabi menangguhkan mensholatkan jenazah tersebut dikarenakan hutangnya, ALLAH menurunkan pertolonganannya melalui malaikat jibril yang menjelma sebagai manusia dan membayar hutang si mayat tersebut , dikarenakan amalannya membaca surat AL IKHLAS 100x setiap hari, ALLAh memberikan pertolongan

Rasulullah SAW juga bersabda :
"Siapa membaca surat ikhlas 1x sepanjang usianya, maka tiadalah ia meninggal dunia sebelum melihat tempatnya di surga, tertentu bagi yang membacanya dalam sholat 5 waktu 1x setiap hari , kelak di hari kiamat ia dapat menolong seluruh famili dan keluarganya yag sudah dipastikan masuk neraka "
(Hadist Arba'in)


Dari Ibnu Abbas ra, hadis Rasullullah SAW :
" Ketika aku di isra kan ke langit, aku melihat "ARASY pada 360.000 buah sendi, jarak antara sendi satu dengan lainnya, sejauh 300.000 tahun perjalanan, dibawah setiap sendi terdapat 12.000 padang yang luas, setiap padang luas itu sejauh dunia timur sampai barat. Dan setiap padang luas itu terdapat malaikat sejumlah 80.000 malaikat yang semuanya membaca Al Ikhlas, maka ketika selesai membaca Al Ikhlas merekapun berdoa kepada Allah dan menghadiahkan pahala mereka bagi orang-orang yang membaca Al Ikhlas."


Kemudian para sahabat kagum, maka Nabi SAW berkata :
"Demi Allah yang aku berada di tangan kekuasaanNYA, sesungguhnya surat Ikhlas itu setiap ayatnya tertulis pada sayap 4 malaikat , masing-masing yaitu :
1. Ayat pertama , pada sayap malaikat Jibril
2. Ayat kedua, pada sayap malaikat Maikail
3. Ayat ketiga, pada sayap maikatat Izrail
4. dan Ayat 4 , pada sayap malaikat Israfil

Surat Al Ikhlas juga melapangkan riski , sesuai dengan cerita seorang pria terkait dengan kefakirannya, maka Rasullullah bersabda : Apabila masuk rumah , bacalah surat Al Ikhlas. maka Pria tersebut pun melaksanakannya , dan kemudian Allah SWT melapangkan riskinya.

Siapa membaca surat Al Ikhlas di tengah-tengah menderita sakitnya hingga meninggal dunia, maka ia tidak akan membusuk dalam kubur dan bebas dari kesempitan kuburnya, serta malaikat membawanya dengan sayap hingga melintasi sirat menuju surga. (Tadzirah Al Kurtubi)



Dikutip dari Buku Duratun Nasihin bab keutamaan membaca Al Ikhlas dan Basmalah, dan Buku Oase Spiritual 2 Hikmah dalam ujaran & Kisah (Saduran dari kitab klasik Al Mawa-izh Al Ushfuriah)
Semoga dapat memberi hikmah dan manfaat bagi kita semua.

PAHALA BAGI WANITA YANG SHOLEHAH

1. Doa wanita solehah lebih maqbul dari lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat dari lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulallah SAW akan hal tersebut, jawab baginda :

"Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan
sia-sia."


2. Wanita yang solehah itu lebih baik dari 1,000 orang lelaki yang tidak sholeh.

3. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70 orang wali.

4. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70 lelaki soleh.


5. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis kerana takutkan Allah SWT dan orang yang takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.


6. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan dari anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail AS


7. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan kifarah (tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidhnya membaca

"Alhamdulillahi'alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah". Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa."

maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan dengan mudah melalui shiratul mustaqim yang aman dari seksa, bahkan AllahTa'ala mengangkatnya ke atas darjat, seperti darjatnya 40 orang mati syahid, apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya.


8. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW.) di dalam syurga.


9. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah syurga.


10. Dari 'Aisyah r.ha.
"Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka merekaakan menjadi penghalang baginya dari api neraka."


11. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.


12. Apabila memanggil akan engkau kedua ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.


13. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.


14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan meredhainya. (serta menjaga sembahyang dan puasanya)


15. 'Aisyah r.ha. berkata

"Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. siapakah yang lebih besar haknya
terhadap wanita ?"
Jawab baginda, "Suaminya". "Siapa pula
berhak terhadap lelaki ?" Jawab Rasulullah SAW. "Ibunya".


16. Seorang wanita yang apabila mengerjakan solat lima waktu, berpuasa wajib sebulan (Ramadhan), memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya,maka pasti akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dia kehendaki.


17. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (10,000 tahun).


18. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.


19. Dua rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik dari 80 rakaat
solat wanita yang tidak hamil.


20. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.


21. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.


22. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT


23. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.


24. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.


25. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.


26. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya dari badannya (susu badan) akan dapat satu pahala dari tiap-tiap titik susu yangdiberikannya.


27. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempoh (2 1/2 tahun), makamalaikat-malaikat di langit akan khabarkan berita bahawa syurga wajib baginya.


28. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.


29. Wanita yang habiskan malamnya dengan tidur yang tidak selesai karena menjaga anaknya yang sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba.


30. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila diahiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.


31. Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya,bahkan segala sesuatu yang disinari sang suria akan meminta keampunan baginya, dan Allah mengangkatkannya seribu darjat untuknya.


32. Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seribu orang lelaki yang tidak soleh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginyalapan pintu syurga, yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.


33. Mana-mana wanita yang menunggu suaminya hingga pulanglah ia, disapukan mukanya, dihamparkan duduknya atau menyediakan makan minumnya atau memandang ia pada suaminya atau memegang tangannya, memperelokkan hidangan padanya,memelihara anaknya atau memanfaatkan hartanya pada suaminya karena mencari keridhaan Allah, maka disunatkan baginya akan tiap-tiap kalimah ucapannya,tiap-tiap langkahnya dan setiap pandangannya pada suaminya sebagaimana memerdekakan seorang hamba. Pada hari Qiamat kelak, Allah kurniakan Nur hingga tercengang wanita
mukmin semuanya atas kurniaan rahmat itu. Tiada seorang pun yang sampai ke mertabat itu melainkan Nabi-nabi.


34. Tidakkan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.


35. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suaminya melihat isterinya dengan kasih sayang akan di pandang Allah dengan penuh rahmat.


36. Jika wanita melayan suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.


37. Wanita yang melayan dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan medapat pahala jihad.


38. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala tola perak.


39. Dari Hadrat Muaz ra.: Mana-mana wanita yang berdiri atas dua kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api,maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.


40. Thabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani Israel yang buta sebelah matanya sangat baik khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia menghidangkan makanan dihadapan suaminya, dipegangnya pelita sehingga suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu, maka
diambilnya rambutnya dijadikan sumbu pelita. Pada keesokkannya matanya yang buta telah celik. Allah
kurniakan keramat (kemuliaan pada perempuan itu karena memuliakan dan menghormati suaminya).


41. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah SAW. keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis itu. Baginda lalu bertanya,

"Adakah kamu menyembahyangkan mayat ?"

Jawab mereka,

"Tidak".

Sabda Baginda
"Sebaiknya kamu sekalian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami niscaya pahalanya sama dengan ibadat-ibadat orang lelaki.


42. Wanita yang memerah susu binatang dengan "Bismillah" akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.


43. Wanita yang menguli tepung gandum dengan "Bismillah" , Allah akan berkahkan rezekinya.


44. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di Baitullah.


45. "Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan mejadikan 7 parit diantara dirinya dengan api neraka, jarak diantara parit itu ialah sejauh langit dan bumi."


46. "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat."


47. "Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di hari akhirat."


48. "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatatkan baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian."


49. "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya,menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan
dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya."


50. Sabda Nabi SAW: "Ya Fatimah barang mana wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya, memotong kumis (misai) dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum akan dia dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman- taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka dan selamatlah ia
melintas Titian Shirat."


51. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.


52. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal dari suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat dari yakut.


53. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat,tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.


54. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah.


55. Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya,cepat pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kahwin).


56. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menggirangkan engkau, jika engkau memerintah ditaatinya perintah engkau (taat) dan jika engkau berpergian dijaga harta engkau dan dirinya.


57. Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.


58. Rasulullah SAW bersabda bahwa, "Allah telah memberikan sifat iri (pencemburu) untuk wanita dan jihad untuk lelaki. Jika seorang wanita melatih kesabarannya dengan iman dengan mengharapkan pahala dari sesuatu perkara yang menyebabkannya menjadi cemburu (iri hati), seperti misalnya
suaminya menikahi istri kedua, maka ia akan menerima ganjaran seorang syahid".


Point-point dari halaman ini terdapat di dalam kitab Kanzul 'Ummal, Misykah,
Riadlush Shalihin, Uqudilijjain, Bhahishti Zewar, Al-Hijab, dan lain-lain,

Disalin dari @Muslimah Indonesia , semoga bermanfaat untuk kita semua.

DETIK-DETIK TERAKHIR MENINGGALNYA RASULULLAH SAW

Daripada Ibnu Mas’ud ra bahawasanya ia berkata: Ketika ajal Rasulullah SAW sudah dekat, baginda mengumpul kami di rumah Siti Aisyah ra.

Kemudian baginda memandang kami sambil berlinangan air matanya, lalu bersabda:“Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah.”
Allah berfirman:

“Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat. Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerusakan di muka bumi. Dan syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa.”

Kemudian kami bertanya: “Kapankah ajal baginda ya Rasulullah? Baginda menjawab: Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila’ la.”
Kami bertanya lagi: “Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Salah seorang ahli bait. Kami bertanya: Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?
Baginda menjawab: “Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”

Kami bertanya: “Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?” Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis.

Kemudian baginda bersabda: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensolatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah anda dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula solat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua.”

Semenjak hari itulah Rasulullah SAW bertambah sakitnya, yang ditanggungnya selama 18 hari, setiap hari ramai yang mengunjungi baginda, sampailah datangnya hari Senin di saat baginda menghembus nafas yang terakhir.


Sehari menjelang baginda wafat iaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius.
Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam: “Assalamualaikum ya Rasulullah?” Kemudian ia berkata lagi “Assolah yarhamukallah.”

Fatimah menjawab: “Rasulullah dalam keadaan sakit?” Maka kembalilah Bilal ke dalam masjid, ketika bumi terang disinari matahari siang, maka Bilal datang lagi ke tempat Rasulullah, lalu ia berkata seperti perkataan yang tadi. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan menyuruh ia masuk.

Setelah Bilal bin Rabah masuk, Rasulullah SAW bersabda: “Saya sekarang dalam keadaan sakit, Wahai Bilal, kamu perintahkan saja agar Abu Bakar menjadi imam dalam solat.”

Maka keluarlah Bilal sambil meletakkan tangan di atas kepalanya sambil berkata: “Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?” Kemudian ia memasuki masjid dan berkata kepada Abu Bakar agar beliau menjadi imam dalam sholat tersebut.

Ketika Abu Bakar ra melihat ke tempat Rasulullah yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, ia tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu ia menjerit dan akhirnya ia pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi bising sehingga terdengar oleh Rasulullah SAW. Baginda bertanya: “Wahai Fatimah, suara apakah yang bising itu? Siti Fatimah menjawab: Orang-orang menjadi bising dan bingung karena Rasulullah SAW tidak ada bersama mereka.”

Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda solat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda: “Ya ma’aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada.

Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, karena aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini.”


Malaikat Maut Datang Bertamu

Pada hari esoknya, iaitu pada hari Isnin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali sahaja.

Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata: “Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: “Wahai Abdullah (Hamba Allah), Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit.”

Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?” Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah:

“Siapakah yang ada di muka pintu itu? Fatimah menjawab: “Seorang lelaki memanggil baginda, saya katakan kepadanya bahawa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian ia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma.”

Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia?” Fatimah menjawab: “Tidak wahai baginda.” Lalu Rasulullah SAW menjelaskan: “Wahai Fatimah, ia adalah pengusir kelazatan, pemutus keinginan, pemisah jemaah dan yang meramaikan kubur.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan ‘Assalamualaika ya Rasulullah.” Rasulullah SAW pun menjawab: Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

Malaikat Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang.

Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? “Saya tinggal ia di langit dunia?” Jawab Malaikat Maut.

Baru sahaja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: “Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat? Jibril menjawab: Ya, Wahai kekasih Allah.”


Ketika Sakaratul Maut

Seterusnya Rasulullah SAW bersabda: “Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya? Jibril pun menjawab; “Bahawasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”

Baginda SAW bersabda: “Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku? Jibril menjawab lagi: Bahawasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”

Baginda SAW bersabda lagi: “Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? Jibril menjawab: Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”


Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?”

Jibril as bertanya: “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan? Rasulullah SAW menjawab: “Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”

Jibril menjawab: “Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”

Maka berkatalah Rasulullah SAW: “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku?” Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW.

Ali ra bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan baginda dan siapakah yang akan mengafaninya? Rasulullah menjawab: Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.

Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”

Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku? Jibril menjawab: Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?” Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah SAW.


Kesedihan Sahabat

Berkata Anas ra: “Ketika aku lalu di depan pintu rumah Aisyah ra aku dengar ia sedang menangis, sambil mengatakan: Wahai orang-orang yang tidak pernah memakai sutera. Wahai orang-orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum. Wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana.

Wahai orang yang jarang tidur di waktu malam kerana takut Neraka Sa’ir.”

Dikisahkan dari Said bin Ziyad dari Khalid bin Saad, bahawasanya Mu’az bin Jabal ra telah berkata: “Rasulullah SAW telah mengutusku ke Negeri Yaman untuk memberikan pelajaran agama di sana. Maka tinggallah aku di sana selama 12 tahun. Pada satu malam aku bermimpi dikunjungi oleh seseorang, kemudian orang itu berkata kepadaku: “Apakah anda masih lena tidur juga wahai Mu’az, padahal Rasulullah SAW telah berada di dalam tanah.”

Mu’az terbangun dari tidur dengan rasa takut, lalu ia mengucapkan: “A’uzubillahi minasy syaitannir rajim?” Setelah itu ia lalu mengerjakan solat.

Pada malam seterusnya, ia bermimpi seperti mimpi malam yang pertama. Mu’az berkata: “Kalau seperti ini, bukanlah dari syaitan?” Kemudian ia memekik sekuat-kuatnya, sehingga didengar sebahagian penduduk Yaman.

Pada esok harinya orang ramai berkumpul, lalu Mu’az berkata kepada mereka: “Malam tadi dan malam sebelumnya saya bermimpi yang sukar untuk difahami. Dahulu, bila Rasulullah SAW bermimpi yang sukar difahami, baginda membuka Mushaf (al-Quran). Maka berikanlah Mushaf kepadaku. Setelah Mu’az menerima Mushaf, lalu dibukanya maka nampaklah firman Allah yang bermaksud:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula?”
(Az-Zumar: 30).

Maka menjeritlah Mu’az, sehingga ia tak sedarkan diri. Setelah ia sedar kembali, ia membuka Mushaf lagi, dan ia nampak firman Allah yang berbunyi:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada orang-orang yang bersyukur?”
(Ali-lmran: 144)


Maka Mu’az pun menjerit lagi: “Aduhai Abal-Qassim. Aduhai Muhammad?” Kemudian ia keluar meninggalkan Negeri Yaman menuju ke Madinah. Ketika ia akan meninggalkan penduduk Yaman, ia berkata: “Seandainya apa yang kulihat ini benar. Maka akan meranalah para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan kita akan menjadi seperti biri-biri yang tidak ada pengembala.”

Kemudian ia berkata: “Aduhai sedihnya berpisah dengan Nabi Muhammad SAW?” Lalu iapun pergi meninggalkan mereka. Di saat ia berada pada jarak lebih kurang tiga hari perjalanan dari Kota Madinah, tiba-tiba terdengar olehnya suara halus dari tengah-tengah lembah, yang mengucapkan firman Allah yang bermaksud:

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”

Lalu Mu’az mendekati sumber suara itu, setelah berjumpa, Mu’az bertanya kepada orang tersebut: “Bagaimana khabar Rasulullah SAW? Orang tersebut menjawab: Wahai Mu’az, sesungguhnya Muhammad SAW telah meninggal dunia. Mendengar ucapan itu Mu’az terjatuh dan tak sedarkan diri. Lalu orang itu menyedarkannya, ia memanggil Mu’az: Wahai Mu’az sedarlah dan bangunlah.”

Ketika Mu’az sedar kembali, orang tersebut lalu menyerahkan sepucuk surat untuknya yang berasal dari Abu Bakar Assiddik, dengan cop dari Rasulullah SAW. Tatkala Mu’az melihatnya, ia lalu mencium cop tersebut dan diletakkan di matanya, kemudian ia menangis dengan tersedu-sedu.

Setelah puas ia menangis iapun melanjutkan perjalanannya menuju Kota Madinah.
Mu’az sampai di Kota Madinah pada waktu fajar menyingsing. Didengarnya Bilal sedang mengumandangkan azan Subuh. Bilal mengucapkan: “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah?” Mu’az menyambungnya: “Wa Asyhadu Anna Muhammadur Rasulullah?” Kemudian ia menangis dan akhirnya ia jatuh dan tak sedarkan diri lagi.

Pada saat itu, di samping Bilal bin Rabah ada Salman Al-Farisy ra lalu ia berkata kepada Bilal: “Wahai Bilal sebutkanlah nama Muhammad dengan suara yang kuat dekatnya, ia adalah Mu’az yang sedang pingsan.

Ketika Bilal selesai azan, ia mendekati Mu’az, lalu ia berkata: “Assalamualaika, angkatlah kepalamu wahai Mu’az, aku telah mendengar dari Rasulullah SAW, baginda bersabda: “Sampaikanlah salamku kepada Mu’az.”

Maka Mu’az pun mengangkatkan kepalanya sambil menjerit dengan suara keras, sehingga orang-orang menyangka bahawa ia telah menghembus nafas yang terakhir, kemudian ia berkata: “Demi ayah dan ibuku, siapakah yang mengingatkan aku pada baginda, ketika baginda akan meninggalkan dunia yang fana ini, wahai Bilal? Marilah kita pergi ke rumah isteri baginda Siti Aisyah ra.”

Ketika sampai di depan pintu rumah Siti Aisyah, Mu’az mengucapkan: “Assalamualaikum ya ahlil bait, wa rahmatullahi wa barakatuh?” Yang keluar ketika itu adalah Raihanah, ia berkata: “Aisyah sedang pergi ke rumah Siti Fatimah. Kemudian Mu’az menuju ke rumah Siti Fatimah dan mengucapkan: “Assalamualaikum ya ahli bait.”

Siti Fatimah menyambut salam tersebut, kemudian ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Orang yang paling alim di antara kamu tentang perkara halal dan haram adalah Mu’az bin Jabal, ia adalah kekasih Rasulullah SAW.”

Kemudian Fatimah berkata lagi: “Masuklah wahai Mu’az?” Ketika Mu’az melihat Siti Fatimah dan Aisyah ra ia terus pengsan dan tak sedarkan diri. Ketika ia sedar, Fatimah lalu berkata kepadanya:

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sampaikanlah salam saya kepada Mu’az dan khabarkan kepadanya bahawasanya ia kelak di hari kiamat sebagai imam ulama.”

Kemudian Mu’az bin Jabal keluar dari rumah Siti Fatimah menuju ke arah kubur Rasulullah SAW.

SEBELUM MENGELUH

01]. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

02]. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

03]. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

04]. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

05]. Sebelum kamu mengeluh tentang teman teman anda.
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup

06]. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

07]. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul

08]. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yag tinggal dijalanan

09]. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki

10]. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11]. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,,

12]. Kita semua menjawab kepada Sang Pencipta
Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !

a. Life is a gift . Live it...Enjoy it... Celebrate it... And fulfill it.

13]. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu


14]. Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
Mereka cantik/tampan karena anda mencintainya, ,,


It's true you don't know what you've got until it's gone, but it's
also true You don't know what you've been missing until it arrives!!!


Salam Sukses

SHOLAT 2 RAKAAT SEORANG MUKMIN DAN SUJUD MALAIKAT JIBRIL 300.000 TAHUN

Nabi bersabda :

Ketika Allah telah selesai menciptakan malaikat Jibril dengan bentuk bagus sekali , padanya 600 sayap, setiap sayap panjangnya mulai kutub timur sampai barat.
Lalu Jibril mengamati dirinya yang indah itu, seraya berkata :

Ya Allah , adalah makhluk ciptaanMU yang bagus melebihi aku ? JawabNYA : tidak ada.

Maka karena syukur yang timbul darinya, ia segera tegak melakukan shalat 2 rakaat , setiap rakaat dikerjakan selama 20.000 tahun.

Selesai shalat Allah berfirman : Ya Jibril, engkau telah menyembah kepadaKu dengan ibadah yang sejati, tiada orang yang beribadah seperti ibadahmu ini …

Akan tetapi ketahuilah jibril, nanti di akhir zaman akan hidup seorang nabi mulia kekasihKU, bernama Muhammad, umatnya banyak lemah berbuat dosa, namun dengan sholat yang mereka kerjakan 2 rakaat dan hanya sebentar, diliputi dosa dan pikiran macam2 , demi Keagungan dan KemulyaanKu , sungguh sholat mereka lebih Kusenangi daripada sholatmu tadi , sebab sholat mereka atas dasar menaati perintahKu, sedangkan sholatmu tanpa perintahKu.

Sahut Jibril : Ya Allah , apakah anugerah Mu itu sebagai imbalan untuk mereka ?
JawabNya : Aku beri mereka sorga Ma’wa. Lalu Jibril mohon ijin untuk kepada Allah untuk meninjau lokasi nya dan Allahpun mengijinkannya.

Akhirnya Jibril berangkat, terbang denagn membuka sayapnya, setiap dua sayap terbuka mampu menempuh perjalanan sejauh 3000 tahun, demikian pula setiap menelungkupkan dua sayap tsb, mamapu menempuh sejauh 3000 tahun.

Alkisah , ia telah melakukan yang demikian itu selama 300 tahun, hingga ia merasa terlalu lelah dan istirahat di bawah bayangan pohon terbesar. Ia bersungkur sujud kepada Allah sambil berkata : Ya Allah , perjalananku ini apakah sudah dapat separohnya, atau sepertiganya atau baru seperempatnya ?

JawabNya : Ya Jibril, itu baru 300 tahun yang kau tempuh, bahkan kau tempuh lagi perjalanan sejauh 300.000 tahun dengan kecepatan yang sama, sebagaimanan Aku telah memberikan kekuatan padaMu, digandakan 2x kecepatan dan kekuatan yang ada padamu selama ini, maka kamu tidak mencapai 10 % dari beberapa puluh pahala yang Kuberikan bagi umat Muhammad SAW, sebagai imbalamn 2 rakaat atas sholat mereka .
(Misykatul Anwar)


Subhanallah … begitu cintanya ALLAH kepada hambanya .. lalu nikmat ALLAH manalagikah yang kita dustakan …

Ampunilah kami ya Rabb .. seluruh amal dan ibadah kami yang penuh lalai ini tidak akan mampu menandingi seluruh nikmat dan kecintaanMu kepada kami …



Disalin dari Kitab Duratun Nasihin
Bab Keutamaan Sholat berjamaah

JANGAN PERNAH MERASA PALING SHOLEH

”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)

Dua orang laki-laki bersaudara . Mereka sudah yatim piatu sejak remaja. Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap .

Mereka hidup rukun , dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.

Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.

Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.

Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.

Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a.

Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik, sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. “

Sang adik Mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:

“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat.”

Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya.Dia telah salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.
Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan jangalah putus asa karena kemiskinan..




Cerita ini begitu menyentuh , semoga dapat manjadikan hikmah bagi kita semua ...

Sumber : Ispiring Stories II
@Cyber Halaqoh

PERSIAPKAN DIRI MENYAMBUT RAMADHAN

Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.

Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.

Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit

Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah [اَلتَّهَاوُنُ بِالْأَمْرِ إِذَا حَضَرَ وَقْتُهُ], yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.[1]

Abu Bakr Az Zur’i menyitir firman Allah ta’ala berikut,

فَإِنْ رَجَعَكَ اللَّهُ إِلَى طَائِفَةٍ مِنْهُمْ فَاسْتَأْذَنُوكَ لِلْخُرُوجِ فَقُلْ لَنْ تَخْرُجُوا مَعِيَ أَبَدًا وَلَنْ تُقَاتِلُوا مَعِيَ عَدُوًّا إِنَّكُمْ رَضِيتُمْ بِالْقُعُودِ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَاقْعُدُوا مَعَ الْخَالِفِينَ (٨٣)

“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (At Taubah: 83).

Renungilah ayat di atas baik-baik! Ketahuilah, Allah ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka dan Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-hatilah dari mengalami nasib menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati dari hidayah.

Allah ta’ala berfirman,

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (١١٠)

“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al An’am: 110).

Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan

Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.

Allah ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (٤٦)

“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At Taubah: 46).

Harus ada persiapan! Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak mempersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam ayat di atas mereka dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan keengganan mereka untuk melakukan persiapan.

Sebagai persiapan menyambut Ramadhan, Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata,

وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.”[2]

Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban, dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan.

Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, meeka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.”[3]

Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan, permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka kepada-Nya. Tentunya, mereka tidak hanya berdo’a, namun persiapan menyambut Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah.

Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan,

شهر رجب شهر للزرع و شعبان شهر السقي للزرع و رمضان شهر حصاد الزرع

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.”[4]

Sebagian ulama yang lain mengatakan,

السنة مثل الشجرة و شهر رجب أيام توريقها و شعبان أيام تفريعها و رمضان أيام قطفها و المؤمنون قطافها جدير بمن سود صحيفته بالذنوب أن يبيضها بالتوبة في هذا الشهر و بمن ضيع عمره في البطالة أن يغتنم فيه ما بقي من العمر

“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Sya'ban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan taubat di bulan-bulan ini, sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.”[5]

Wahai kaum muslimin, agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih di bulan Rajab dan diairi di bulan Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan yang sebaik-baiknya.

Jangan Lupa, Perbarui Taubat!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”[6]

Taubat menunjukkan tanda totalitas seseorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.

Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Wahai kaum muslimin, mari kita persiapkan diri kita dengan memperbanyak amal shalih di dua bulan ini, Rajab dan Sya’ban, sebagai modal awal untuk mengarungi bulan Ramadhan yang akan datang sebentar lagi.

Ya Allah mudahkanlah dan bimbinglah kami. Amin.

Waffaqaniyallahu wa iyyakum.

Berfikir

Tafakur ( berpikir ) yang baik dan lurus adalah amat besar sekali kegunaan dan manfaatnya. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang menganjurkan untuk berpikir.Diantaranya firman Allah Subhannahu Wa Ta'ala :
'' Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.''( Surat
Al-Baqarah 2-219 )

Firman Allah Subhannahu Wa Ta'ala:
'' Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda Kekuasaan ( Kami ) Kepada orang-orang yang berfikir.'' ( Surat Yunus 10-:24 )

Firman Allah Subhannahu Wa Ta'ala selanjutnya:
'' Katakanlah; Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi'.. ( Surat Yunus 10 : 101 )

Sabda Rasulullah Saw:
'' Tafakkur sesaat ( sebentar ) lebih baik dari pada ibadah satu tahun''.
Ali bin Abi Thalib berkata:
'' Tidak ada ibadah yang menyamai tafakkur.''

Tafakkur banyak jenis dan ragamnya.Tafakkur yang paling mulia dan agung adalah tafakkur atau merenung tehadap segala ciptaan Allah Subhannahu Wa Ta'ala; Memikirkan Ayat-Ayat-Nya dan memperhatikan dengan seksama pada keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya, baik yang ada dibumi maupun yang ada dilangit.Orang yang bertafakkur seperti ini akan lebih banyak mengenal ( makrifat ) terhadap PenciptaNya.Ia semakin tahu akan Kebesaran dan Keperkasaan Khaliknya itu, yaitu Allah Subhannahu Wa Ta'ala Semesta Alam.

Yang perlu direnungkan lagi ialah tentang kebesaran Karunia Allah Subhannahu Wa Ta'ala yang telah dianugerahkan kepada kita. Anugerah ini merupakan Nikmat yang tiada taranya , Nikmat Agung yang tiada Bandingnya baik Nikmat dunia maupun Nikmat petunjuk agama, yaitu Iman dan Islam . Renungan seperti ini amat diperlukan. Ini karena dengan tafakkur begini akan membuahkan cinta kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala dan mendorong untuk selalu Mensyukuri Nikmat Pemberian-Nya.

Begitu juga tafakkur tentang keagungan hak-hak Allah Subhannahu Wa Ta'ala yang harus dipenuhi dan ditaati sekaligus berfikir tentang kelalaian kita yang tidak dapat memenuhi perintah-perintah-Nya dengan baik serta sempurna.Renungan seperti ini janganlah ditangguhkan agar dapat menimbulkan rasa takut ,cemas,dan malu kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala sehingga mendorong kita untuk menjadi giat,aktif,dan bersungguh - sungguh mengerjakan ibadah dan memenuhi segala tuntunan-Nya.

Kemudian kita bertafakkur pula tentang kehidupan dunia , kehidupan yang penuh fitnah dan malapetaka.Renungkan tentang tidak kekalnya dunia,tentang kebinasaannya,tentang kesibukannya,bahkan tentang beberapa hari lagi kita akan tinggal didalamnya.Semua ini perlu kita renungkan agar kita tidak terlalu cenderung atau tertarik dengannya,tidak rakus dan tidak terpedaya olehnya.Begitu juga agar kita selamat dan aman dari segala rayuan dan bujuk rayu yang penuh keindahan itu.

Begitupula sebaliknya,Kita renungkan tentang Kehidupan Akhirat, Hidup yang kekal abadi,Hidup yang tiada akhir dan tiada kesesudahannya.Kita Renungkan tentang kebesaran Nikmat-Nya yang tidak habis-habis,kesenagan yang tiada bercampur dengan duka dan berbagai kenikmatan yang tidak pernah kita bayangkan di pikiran kita,kenikmatan yang belum pernah dilihat mata,tidak pernah didengar telinga,dan tidak pernah terlintas di dalam hati. Dengan merenung begini akan membuahkan cinta kepada Akhirat dan bersungguh-sungguh untuk mengumpulkan bekal untuk menyusul hidup bahagia disana kelak.

Renungan-Renungan seperti di atas banyak sekali cabang dan dahannya.Ini tergantung kepada siapa yang bertafakkur.Semakin cerdas otak seseorang,semakin banyak dan besar pula renungannya.Semakin dalam ilmu seseorang,semakin dalam pula penghayatannya. Wallahu a'lam....

JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA
BAROKAALLAHU FIKK

Sabtu, 17 Juli 2010

KISAH PERNIKAHAN RASULULLAH SAW DAN KHADIJAH

I. BERMIMPI MATAHARI TURUN KE RUMAHNYA

Ia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda, bangsawan, hartawan, cantik dan budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri.

Banyak pemuka Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus karena tak ada yang berkenan di hatinya. Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit, masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya ke merata tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya.

Mimpi itu diceritakan kepada anak bapa saudaranya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.

Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.”

“Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya Khadijah bersungguh-sungguh.
“Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat.
“Dari suku mana?”
“Dari suku Quraisy juga.”
Khadijah bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?”

“Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur.
Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah nama bakal orang agung itu, hai anak bapa saudaraku?”

Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!”

Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah sentiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu.


II. NABI MUHAMMAD BERNIAGA


Muhammad, bakal suami wanita hartawan itu, adalah seorang yatim piatu yang miskin sejak kecilnya, dipelihara oleh bapa saudaranya, Abu Thalib, yang hidupnya pun serba kekurangan. Meskipun demikian, bapa saudaranya amat sayang kepadanya, menganggapnya seperti anak kandung sendiri, mendidik dan mengasuhnya sebaik-baiknya dengan adab, tingkah laku dan budi pekerti yang terpuji.

Pada suatu ketika, Abu Thalib berbincang-bincang dengan saudara perempuannya bernama ‘Atiqah mengenai diri Muhammad. Beliau berkata: “Muhammad sudah pemuda dua puluh empat tahun. Semestinyalah sudah kahwin. Tapi kita tak mampu mengadakan perbelanjaan, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.”

Setelah memikirkan segala ikhtiar, ‘Atiqah pun berkata: “Saudaraku, saya mendengar berita bahwa Khadijah akan memberangkatkan kafilah niaga ke negeri Syam dalam waktu dekat ini. Siapa yang berhubungan dengannya biasanya rezekinya bagus, diberkati Allah SWT. Bagaimana kalau kita pekerjakan Muhammad kepadanya? Saya kira inilah jalan untuk memperolehi nafkah, kemudian dicarikan isterinya.”

Abu Thalib menyetujui saran saudara perempuannya. Dirundingkan dengan Muhammad, ia pun tidak keberatan.

‘Atiqah mendatangi wanita hartawan itu, melamar pekerjaan bagi Muhammad, agar kiranya dapat diikut sertakan dalam kafilah niaga ke negeri Syam.

Khadijah, tatkala mendengar nama “Muhammad”, ia berfikir dalam hatinya: “Oh... inilah takbir mimpiku sebagaimana yang diramalkan oleh Waraqah bin Naufal, bahawa ia dari suku Quraisy dan dari keluarga Bani Hasyim, dan namanya Muhammad, orang terpuji, berbudi pekerti tinggi dan nabi akhir zaman.” Seketika itu juga timbullah hasrat di dalam hatinya untuk bersuamikan Muhammad, tetapi tidak dilahirkannya karena khuatir akan fitnah.

“Baiklah,” ujar Khadijah kepada ‘Atiqah, “saya terima Muhammad dan saya berterima kasih atas kesediaannya. Semoga Allah SWT melimpahkan berkatnya atas kita bersama.”. Wajah Khadijah cerah, tersenyum sopan, menyembunyikan apa yang tersudut di kalbunya.

Kemudian ia meneruskan: “Wahai ‘Atiqah, saya tempatkan setiap orang dalam rombongan niaga dengan penghasilan tinggi, dan bagi Muhammad SAW akan diberikan lebih tinggi dari biasanya.”

‘Atiqah berterima kasih, ia pulang dengan perasaan gembira menemui saudaranya, menceritakan kepadanya hasil perundingannya dengan wanita hartawan dan budiman itu. Abu Thalib menyambutnya dengan gembira.

Kedua bersaudara itu memanggil Muhammad SAW seraya berkata: “Pergilah anakanda kepada Khadijah r.a, ia menerima engkau sebagai pekerjanya. Kerjakanlah tugasmu sebaik-baiknya.”

Muhammad SAW menuju ke rumah wanita pengusaha itu. Sementara akan keluar dari pekarangan rumah bapa saudaranya, tiba-tibalah ia mencucurkan air mata kesedihan mengenang nasibnya. Tiada yang menyaksikannya dan menyertainya dalam kesedihan hati itu selain para malaikat langit dan bumi.


III. KESAKSIAN SEORANG RAHIB


Tatkala kafilah niaga itu siap akan berangkat, berkatalah Maisarah, kepala rombongan: “Hai Muhammad, pakailah baju bulu itu, dan peganglah bendera kafilah. Engkau berjalan di depan, menuju ke negeri Syam!”

Muhammad SAW melaksanakan perintah. Setelah iring-iringan keluar dari halaman memasuki jalan raya, tanpa sedar Muhammad SAW menangis kembali, tiada yang melihatnya kecuali Allah dan para malaikat-Nya. Dari mulutnya terucap suara kecil: “Aduh hai nasib! Dimana ayahku Abdullah, dimana ibuku Aminah. Kiranyalah mereka menyaksikan nasib anakandanya yang miskin yatim piatu ini, yang justru lantaran ketiadaannyalah sehingga terbawa jadi buruh upahan ke negeri jauh. Aku tidak tahu apakah aku masih akan kembali lagi ke negeri ini, tanah tumpah darahku.”

Jeritan batin itu membuat para malaikat langit bersedih. Mereka memintakan rahmat baginya. Maisarah memperlakukan Muhammad SAW dengan agak istimewa, sesuai dengan wasiat Khadijah. Diberinya pakaian terhormat, kendaraan unta yang tangkas dengan segala perlengkapannya.

Perjalanan mengambil waktu beberapa hari. Terik matahari begitu panas sekali. Tetapi Muhammad SAW berjalan sentiasa dipayungi awan yang menaunginya hingga mereka berhenti di sebuah peristirahatan dekat rumah seorang Rahib Nasrani.

Muhammad SAW turun dari untanya, pergi berangin-angin melepaskan lelah di bawah pohon yang teduh.

Rahib keluar dari tempat pertapaannya. Ia terheran -heran melihat gumpalan awan menaungi kafilah dari Makkah, padahal tak pernah terjadi selama ini. Ia tahu apa arti tanda itu karena pernah dibacanya di dalam Kitab Taurat.

Rahib menyiapkan suatu perjamuan bagi kafilah itu dengan maksud untuk menyiasat siapa pemilik karamah dari kalangan mereka.

Semua anggota rombongan hadir dalam majlis perjamuan itu, kecuali Muhammad SAW seorang diri yang tinggal untuk menjaga barang-barang dan kenderaan. Ketika Rahib melihat awan itu tidak bergerak, tetap di atas kafilah, bertanyalah beliau: “Apakah di antara kalian masih ada yang tidak hadir di sini?”
Maisarah menjawab: “Hanya seorang yang tinggal untuk menjaga barang-barang.”

Rahib pergi menjemput Muhammad SAW dan terus menjabat tangannya, membawanya ke majlis perjamuan. Ketika Muhammad SAW. bergerak, Rahib memperhatikan awan itu turut bergerak pula mengikuti arah ke mana Muhammad SAW berjalan. Dan di saat Muhammad SAW masuk ke ruangan perjamuan, Rahib keluar kembali menyaksikan awan itu, dan dilihatnya awan itu tetap di atas, tidak bergerak sedikit pun walaupun dihembus angin. Maka mengertilah ia siapa gerangan yang memiliki karamah dan keutamaan itu.

Rahib masuk kembali dan mendekati Muhammad SAW, bertanya: “Hai pemuda, dari negeri mana asalmu?”
“Dari Makkah”.
“Dari qabilah mana?” tanya sang Rahib.
“Dari Quraisy, tuan!”
“Dari keluarga siapa?”
“Keluarga Bani Hasyim.”
‘Siapa namamu?”
“Namaku, Muhammad.”

Serta merta ketika mendengar nama itu, Rahib berdiri dan terus memeluk Muhammad SAW serta menciumnya di antara kedua alisnya seraya mengucapkan: “Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadar Rasulullah.”

Ia menatap wajah Muhammad SAW dengan perasaan takjub, seraya bertanya: “Sudikah engkau memperlihatkan tanda di badanmu agar jiwaku tenteram dan keyakinanku lebih mantap?”

“Tanda apakah yang tuan maksudkan?” tanya Muhammad SAW.
“Silakan buka bajumu supaya kulihat tanda akhir kenabian di antara kedua bahumu!”
Muhammad SAW. memperkenankannya, dimana Rahib tua itu melihat dengan jelas ciri-ciri yang dimaksudkan.

“Ya....ya....tertolong, tertolong!” seru Rahib. “Pergilah ke mana hendak pergi. Engkau terus ditolong!”
Rahib itu mengusap wajah Muhammad SAW, sambil menambahkan: “Hai hiasan di hari kemudian, hai pemberi syafa’at di akhirat, hai peribadi yang mulia, hai pembawa nikmat, hai nabi rahmat bagi seluruh alam!”

Dengan pengakuan demikian, Rahib dari Ahlil-Kitab itu telah menjadi seorang muslim sebelum Muhammad SAW. dengan rasmi menerima wahyu kerasulan dari langit.


IV. PADERI-PADERI YAHUDI GEMETAR KETAKUTAN


Pasar dibuka beberapa hari lamanya. Semua jualan laris dengan keuntungan berlipat ganda, mengatasi pengalaman yang sudah-sudah. Kebetulan pada saat itu bertepatan dengan hari Yahudi, yang dimeriahkan dengan upacara besar-besaran.

Muhammad SAW, Abu Bakar dan Maisarah keluar menonton keramaian itu. Tatkala Muhammad SAW memasuki tempat upacara untuk menyaksikan cara mereka beribadat, maka tiba-tiba berjatuhanlah semua lilin-lilin menyala yang bergantungan pada tali di sekitar ruangan, yang menyebabkan paderi-paderi Yahudi gementar ketakutan.

Seorang di antara mereka bertanya: “Alamat apakah ini?” Semuanya hairan, cemas dan ketakutan.
“Ini bererti ada orang asing yang hadir di sini,” jawab pengerusi upacara. “Kita baca dalam Taurat bahawa alamat ini akan muncul bilamana seorang lelaki bernama Muhammad SAW, Nabi akhir zaman, mendatangi hari raya agama Yahudi. Mungkinlah sekarang orang itu berada di ruangan kita ini. Carilah lelaki itu, dan kalau bertemu, segeralah tangkap!”

Abu Bakar r.a, sahabat Muhammad SAW sejak dari kecil, dan Maisarah, yang mendengar berita itu segera mendekati Muhammad SAW yang berdiri agak terpisah, dan mengajaknya keluar perlahan-lahan di tengah-tengah kesibukan orang yang berdesak-desakan keluar masuk ruangan.

Tanpa menunda waktu lagi, Maisarah segera memerintahkan kafilah berangkat pulang ke Makkah. Dengan demikian tertolonglah Muhammad SAW dari kejahatan orang-orang Yahudi.



V. NABI MUHAMMAD PULANG KE MAKKAH


Biasanya dalam perjalanan pulang, kira-kira jarak tujuh hari lagi mendekati Makkah, Maisarah mengirim seorang utusan kepada Khadijah r.a, memberitahukan bakal kedatangan kafilah serta perkara-perkara lain yang menyangkut perjalanan.

Maisarah menawarkan kepada Muhammad SAW: “Apakah engkau bersedia diutus membawa berita ke Makkah?”

Muhammad SAW berkata: “Ya, saya bersedia apabila ditugaskan”.

Pemimpin rombongan mempersiapkan unta yang cepat untuk dinaiki oleh utusan yang akan berangkat terlebih dahulu ke kota Makkah. Ia pun menulis sepucuk surat memberikan kepada majikannya bahwa perniagaan kafilah yang disertai Muhammad SAW mendapat hasil laba yang sangat memuaskan, dan menceritakan pula tentang pengalaman-pengalaman aneh yang berkaitan dengan diri Muhammad SAW.

Tatkala Muhammad SAW menuntun untanya dan sudah hilang dari pandangan mata, maka Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s .:

“Hai Jibril, singkatkanlah bumi di bawah kaki-kaki unta Muhammad SAW! Hai Israfil, jagalah ia dari sebelah kanannya! Hai Mikail, jagalah ia dari sebelah kirinya! Hai awan, teduhilah ia di atas kepalanya!”

Kemudian Allah SWT mendatangkan ngantuk kepadanya sehingga baginda SAW tertidur nyenyak dan tiba-tiba telah sampai di Makkah dalam tempo yang cukup singkat. Saat terbangun, ia heran mendapati dirinya telah berada di pintu masuk kota kelahirannya. Baginda SAW sedar bahwa ini adalah mukjizat Tuhan kepadanya, lalu bersyukur memuji Zat Yang Maha Kuasa.

Sementara baginda SAW mengarahkan untanya menuju ke tempat Khadijah r.a, secara kebetulan Khadijah r.a pada saat itu sedang duduk sambil kepalanya keluar jendela memandangi jalan ke arah Syam, tiba-tiba dilihatnya Muhammad SAW di atas untanya dari arah bertentangan di bawah naungan awan yang bergerak perlahan-lahan di atas kepalanya.

Khadijah r.a menajamkan matanya, bimbang kalau-kalau tertipu oleh penglihatannya, sebab yang dilihatnya hanyalah Muhammad SAW sendirian tanpa rombongan, padahal telah dipesannya kepada Maisarah agar menjaganya sebaik-baik. Ia bertanya kepada wanita-wanita sahayanya yang duduk di sekitarnya: “Apakah kamu mengenali siapa pengendara yang datang itu?” sambil tangannya menunjuk ke arah jalan.

Seorang di antara mereka menjawab: “Seolah-olah Muhammad Al-Amiin, ya sayyidati!”
Kegembiraan Khadijah r.a terlukis dalam ucapannya: “Kalau benar Muhammad Al-Amiin, maka kamu akan kumerdekakan bilamana ia telah sampai!”

Tak lama kemudian muncullah Muhammad SAW di depan pintu rumah wanita hartawan itu, yang langsung menyambutnya dengan tutur sapa tulus ikhlas: “Kuberikan anda unta pilihan, tunggangan khusus dengan apa yang ada di atasnya.”

Muhammad SAW mengucapkan terima kasih, kemudian menyerahkan surat dari ketua rombongan. Ia minta izin pulang ke rumah bapa saudaranya setelah melaporkan tentang perniagaan mereka ke luar negeri.


VI. KHADIJAH MENAWARKAN DIRI


Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu berkata: “Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!” Suaranya ramah, bernada dermawan.

Dengan sikap merendahkan diri tapi tahu diharga dirinya, Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti. Katanya: “Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bahagianku dalam rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya yang yatim piatu”. Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu memandangnya dengan penuh ketakjuban.

“Oh, itukah....! Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan,” kata Khadijah r.a. “Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri bagimu”. Ia berhenti sejenak, meneliti. Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandungi isyarat: “Aku hendak mengahwinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya, diingini oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi ditolaknya. Kepadanyalah aku hendak membawamu”. Khadijah tertunduk lalu melanjutkan: “Tetapi sayang, ada aibnya...! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu”.

Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawapan, yang lainnya tak tahu apa mau dijawab.

Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a.

Ia minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan. Ia menceritakan kepada bapa saudaranya: “Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah r.a. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu “anu dan anu....” Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan kaya itu.

‘Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim. Katanya: “Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya”.

‘Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: “Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?”

Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahawa kata-katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati ‘Atiqah: “Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahawa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad SAW. Kalau ia mahu, aku bersedia menikah dengannya; kalau tidak, aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati”.

Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah r.a membuat ‘Atiqah terdiam. Kedua wanita bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius.

“Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah dimaklumi oleh anak bapa saudaramu Waraqah bin Naufah?” tanya ‘Atiqah sambil meneruskan: “Kalau belum cubalah meminta persetujuannya.”

“Ia belum tahu, tapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran”, Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan kerana dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi akhir zaman.

‘Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan ‘Atiqah dengan Khadijah r.a.

“Itu bagus sekali”, kata Abu Thalib, “tapi kita harus bermesyuarat dengan Muhammad SAW lebih dahulu.”


VII. JANDA CANTIK BERMATA JELI

Sebelum dijemput bermesyuarat oleh bapa saudaranya, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya: “Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri?”

Muhammad SAW menjawab: “Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada.”
“Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?”

“Siapakah dia?” tanya Muhammad SAW.
“Khadijah!” Nafisah berterus terang. “Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!”

Usaha Nafisah berjaya. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah r.a, menceritakan kesediaan Muhammad SAW. Setelah Muhammad SAW menerima pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah r.a, maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya.

Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman. Dan utamanya pula karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya.

Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu. Hadir sama Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan rasmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk berunding dengan wanita berkenaan.


VIII. PERNIKAHAN MUHAMMAD DENGAN KHADIJAH

Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: “Hai anak bapa saudaraku, betapa aku akan menolak Muhammad SAW padahal ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas”.

“Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta”, ujar Waraqah.
“Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya,” demikian Khadijah r.a menyerahkan urusannya.

Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahawa dari pihak keluarga perempuan sudah bulat muafakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kahwin lima ratus dirham. Abu Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan “Ash-Shiddiq”, sahabat akrab Muhammad SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi kerana yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula.

Peristiwa pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari Jumaat, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah r.a ialah bapa saudaranya bernama ‘Amir bin Asad, sedang Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib sebagai berikut:

“Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad, dari keturunan Mudhar.

“Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia.

“Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, nescayalah ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad SAW, tuan-tuan sudah sama mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kahwin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.

“Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahawa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat.

“Semoga Allah memberkati pernikahan ini”.

Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.

Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: “Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak mahupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau ridhoi !”

Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan”.
(Adh-Dhuhaa: 8)

Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang sejalan , sehaluan, serasi dan secita-cita.


IX. DIJAMIN MASUK SURGA

Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni enam belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai kerana kematian. Tahun wafatnya disebut “Tahun Kesedihan” (‘Aamul Huzni).

Khadijah r.a adalah orang pertama sekali beriman kepada Rasulullah SAW. ketika wahyu pertama turun dari langit. Tidak ada yang mendahuluinya. Ketika Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya pada peristiwa turunnya wahyu pertama yang dihantar Jibril ‘alaihissalam, dimana beliau merasa ketakutan dan menggigil menyaksikan bentuk Jibril a.s dalam rupa aslinya, maka Khadijahlah yang pertama dapat mengerti makna peristiwa itu dan menghiburnya, sambil berkata: “Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu.

Demi Allah SWT yang menguasai diri Khadijah r.a, engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi Pesuruh Allah bagi umat kita.

“Allah SWT tidak akan mengecewakanmu. Bukankah engkau orang yang sentiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan? Bukankah engkau selalu berkata benar? Bukankah engkau sentiasa menyantumi anak yatim piatu, menghormati tetamu dan menghulurkan bantuan kepada setiap orang yang ditimpa kemalangan dan musibah?”

Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari gangguan kaumnya yang masih engkar terhadap kebenaran agama Islam, menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisy.

Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain iaitu, menerima ucapan salam dari Allah SWT. yang dihantar oleh malaikat Jibril a.s kepada Rasulullah SAW. disertai salam dari Jibril a.s peribadi untuk disampaikan kepada Khadijah radiallahu ‘anha serta dihiburnya dengan syurga.

Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa terbatas. Nabi SAW pernah berkata:

“Wanita yang utama dan yang pertama akan masuk Syurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW., Maryam binti ‘Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Fir’aun”.


X. WANITA TERBAIK

Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW. terhadap peribadi Khadijah r.a ialah: “Dia adalah seorang wanita yang terbaik, kerana dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam bimbang keengkaran; dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain”.

Putera-puteri Rasulullah SAW. dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga lelaki (kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari puterinya bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib, sama-sama sesuku Bani Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan inilah yang dibangsakan sebagai keturunan langsung dari Rasulullah SAW.

------------------------------------------------------------------------------------------

Subhanallah , seorang wanita hartawan yang banyak membantu perjuangan Nabi . Bisa dimaklumi sekali mengapa Rasulullah begitu kehilangan ketika beliau ditinggalkan, dan kemudian Allah menghibur Rasulullah dengan perjalanan Isra' Mi'raj .

Subhanallah.... Allahu Akbar....
Wanita Yang Agung.....

MEMINJAMKAN SESUATU KARENA ALLAH

Dalam sebuah kisah pada zaman Rasullullah SAW, Aisyah ra berkata : sesungguhnya seorang wanita yang tangan kanannya hangus datang kepada Nabi. Wanita itu minta didoakan oleh Rasulullah supaya tangannya sembuh.

Nabi bertanya, Apa yang menyebabkan tanganmu kering ?

Wanita itu bercerita , "Saya bermimpi seolah-olah kiamat benar-benar terjadi. Api neraka dinyalakan, surga telah diperhias dan neraka berubah menjadi lembah. Aku melihat sebuah lembah dari beberapa lembah neraka jahanam dan ibuku terlihat ada disana. Tangannya membawa potongan lemak daging dan secarik kain yang kecil. Kain itu berguna untuk menjaga ibuku dari jilatan api neraka ".

Saya bertanya kepadanya , "Wahai ibu, apa yang menyebabkan engkau berada di lembah ini padahal engkau adalah wanita yang taat kepada Tuhanmu dan suamimu juga meridhaimu ?"

Ibuku menjawab, " Sesungguhnya aku adalah wanita yang bakhil (kikir) ketika di dunia. Lembah ini disediakan bagi orang-orang yang bakhil.

Saya bertanya lagi " Untuk apa lemak daging dan secarik kain ini ?"

Jawabnya , " Ini adalah satu-satunya barang yang pernah aku sedekahkan ketika di dunia. Selama hidupku, aku belum pernah bersedekah kecuali sepotong lemak dan kain ini. Sesungguhnya kedua barang inilah yang menjagaku dari siksa api neraka.

Saya bertanya lagi. "Lalu dimana ayah"

Ibu menjawab , " Ayahmu adalah orang yang dermawan . Dia berada di tempat orang yang dermawan di surga"

Kemudian aku datang ke surga. Ketika aku datang, ayahku sedang berada di tepi telaga. Dia memberi minum orang-orang. Dia mengambil gelas dari tangan Ali Bin Abi Thalib ra, tangan Ustman bin Affan ra , tangan Umar Al Faruq ra , tangan Abubakar Asshidiq ra dan tangan Rasulullah SAW.

Aku berkata , " Wahai ayah, sesungguhnya ibuku adalah wanita yang taat kepada Allah dan engkaupun meridhainya. Kini ia ada di sebuah lembah kehausan di neraka jahanam. Berilah ibuku minum.

Ayahku menjawab , " Wahai putriku, ALLAH mengharamkan air telaga Nabi atas orang-orang bakhil, durhaka dan berdosa.

Tanpa sepengetahuan ayahku , aku mengambil air telaga Nabi itu, lalu kuberikan kepada ibuku. Saat ibuku akan minum , tiba-tiba terdengar suara : Mudah-mudahan ALLAH menghanguskan tanganmu. Lalu aku terjaga dari tidurku dan saat itu aku melihat tanganku sudah mengering.


Akhirnya , Nabi Muhammad bersabda : kebakhilan ibumu di dunia telah menjadikan engkau celaka lalu bagaimana nanti di akhirat.

Kemudian Nabi berdoa kepada ALLAH, maka sembuhlah tangan wanita ini seperti sedia kala.

Kisah dia atas kiranya dapat menjadi pelajaran tentang pentingnya kita untuk bersedekah, dan lebih peka dengan sesama.

_______________________________________

Dalam Hadist Rasullullah SAW juga disebutkan bahwa dalam sedekah terdapat 7 macam perkara :

1. Sedekah dapat meolak bala. Sabda nabi : Sesungguhnya sedekah itu dapat meolak 70 pintu bahaya

2. Sedekah itu dokter bagimu. Sabda nabi : Berobatlah untuk orang-orang yang sakit di keluargamu dengan sedekah

3. Sedekah dapat menjaga harta . Sabda nabi : Jagalah harta-hartamu dengan mengeluarkan sedekah

4. Sedekah dapat meredam kemarahan ALLAH SWT. Sabda nabi : Sedekah itu dapat meredam kemarahan ALLAH.

5. Sedekah merupakan hadiah bagi saudara. Sabda nabi : Sedekah itu hadiah, maka saling memberi hadiahlah dan kasihsayanglah diantara kalian.

6. Sedekah dapat menghaluskan hati. Sabda nabi : Barangsiapa menemukan kekerasan di dalam hatinya, maka tunaikanlah sedekah.

7. Sedekah dapat menambah keberkahan usia. Sabda nabi : Sedekah itu mengusir bahaya dan menambah usia.


Dalam hadist yg lain Rsulullah SAW bersabda :
Apabila sedekah dikeluarkan dari pemiliknya , maka sedekah itu akan JATUH LANGSUNG KE TANGAN ALLAH SEBELUM DITERIMA ORANG YANG MEMINTANYA dan sedekah itu akan berbicara dalam 5 kalimat :

1. Aku ini kecil maka jadikanlah aku menjadi besar

2. Aku ini sedikit maka jadikanlah aku menjadi banyak

3. Aku ini musuh maka jadikanlah aku kawan

4. Aku ini tidak ada maka jadikanlah aku ini abadi

5. Aku dulu kami jaga maka jadikanlah aku penjagamu.


Bentuk pahala sedekah :

1. Pahalanya dilipatkan 10x , yakni sedekah yang diserahkan kepada fakir miskin

2. Pahalanya dilipatkan 70x, yakni sedekah yang diserahkan kepada keluarga terdekat

3. Pahalanya dilipatkan 700x, yakni sedekah yang diserahkan kepada kawan-kawan muslim

4. Pahalanya dilipatkan 1000x, yakni sedekah yang diserahkan kepada pelajar yang tengah menimba ilmu agama.



Surah Al Baqarah 261 :

Tamsil (infak yang diserahkan ) orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan ALLAH, ialah bagaikan sebutir biji tumbuh menjadi 7, maka setiapnya menjadi 100 biji. ALLAH melipatgandakan pahala bagi siapa yang DIA kehendaki, dan ALLAH Maha luas lagi Mengetahui.


Marilah kita niatkan sedekah kita ikhlas karena ALLAH , sehingga dapat menjadi investasi kita kelak di akhirat, dan Allah akan melipatgandakannya pula bagi orang-orang yang DIA kehendaki di dunia..



Disalin dari :
1. Buku Oase Spiritual 2, Hikmah dalam Ujaran dan Kisah
( Disadur dari kitab klasik Al Mawa'izh al Ushfuriyah, karya Syaikh Muh bin Abu Bakr al ushfuri)
2. Buku Duratun Nasihin ( Bab Dermawan dan keutamaannya)

PAHALA BAGI ORANG MISKIN YANG IKHLAS DAN LARANGAN MEMBEDA-BEDAKAN DALAM BERTEMAN

Dikisahkan ketika pada zaman Rasulullah datanglah orang2 kaya yang mau beriman apabila mereka disatukan dalam satu majelis, dan dipisahkan dengan majelis orang2 miskin. Mereka berkata :
"Ya Muhammad , singkirkan orang2 miskin itu dari majelismu, hingga kami nanti akan duduk menyertaimu. Mereka adalah golongan rakyat kecil, kaum bawahan. Sedangkan kami adalah kaum terpandang dan para tokoh masyarakat.

Awalnya Nabi hendak menyetujui karena tertarik dengan janji mereka untuk beriman, namun malaikat jibril segera turun menyampaikan wahyu Allah dalam Surat Al Kahfi ayat 28 yang berbunyi :

" BERSABARLAH (TETAP) BESERTA ORANG-ORANG YANG MENYEMBAH TUHANMU DI PAGI DAN SORE HARI, SEMATA KARENA MENGHARAP RIDHONYA. DAN JANGANLAH KEDUA MATAMU BERPALING DARI MEREKA , HANYA SEBAB MENGHARAP PERHIASAN KEHIDUPAN DUNIA INI. DAN JANGAN PULA MENGIKUTI ORANG YANG HATINYA TELAH LUPA DARI MENEYBUT KAMI SERTA MENURUTI HAWA NAFSUNYA, DAN PERKARANYA ITU ADALAH MELEWATI BATAS."
( AL KAHFI 28)


dan Surah Al An'am : 52

JANGAN KAU SINGKIRKAN ORANG2 YANG SELLAU MENYEMBAH TUHANMU DI PAGI DAN SORE HARI SEMATA MENGHARAP RIDHANYA. TIADA BEBAN SEDIKITPUN KEPADAMU DARI PERBUATAN MEREKA, DAN MEREKAPUN TIDAK BERTANGGUNGJAWAB SEDIKITPUN DARI PERBUATANMU. JIKA SAMPAI TERJADI PENYINGKIRAN MEREKA, MENGAKIBATKAN KAMI MASUK GOLONGAN PENGANIAYA



Dari Anas ra, Rasullullah SAW berkata :

Orang-orang fakir menyuruh salah satu utusannya untuk menghadap Nabi. Mereka berkata :
Ya Rasul, orang-orang kaya dapat memboyong kebaikan seluruhnya, mereka bisa berhaji, bersedekah , memerdekakan budak, dan ketika sakit mereka dapat menyuruh dengan kelebihan harta mereka sebagai tabungan, namun kami tidak bisa.

Maka Nabi pun menjawab : Siapa yang diantara mu bersabar dan beriman penuh keikhlasan, maka bagimu 3 perkara yang tidak dimiliki oleh org-org kaya , yaitu :

1. Sesungguhnya di surga ada kamar2 yang terdiri dari intan merah, para penghuni sorgapun memandangnya seperti penduduk bumi melihat bintang2 di langit, padahal yang bisa memasukinya hanyalah para nabi, pejuang mati syahid dan para mukmin yang fakir/miskin.

2. Para mukmin yang fakir / miskin akan memasuki surga jauh sebelum mereka yang kaya , terpaut 1/2 HARI atau 500 TAHUN masamu di dunia. Dan nabi Sulaiman as pun masuk surga terpaut 40 tahun akibat kerajaan yang diberikan ALLAH ketika di dunia .

3. Ketika orang fakir bertasbih penuh keikhlasan, dan orang kaya pun bertasbih serupa, maka pahalanya jauh melebihi yang kaya, sekalipun dibarengi dengan bersedekah 10.000 dirham, demikian pula dalam hal aneka amal keabikan lainnya.


Maka pulanglah utusan orang2 fakir tersebut dengan gembira , Kami rela dengan kefakiran ini ya ALLAH.


Abu Laits menjelaskan :

Ada 5 kehormatan yang dimiliki orang-orang fakir, yaitu :

1. Pahala amal mereka lebih banyak dibandingkan dengan pahala orang2 kaya, baik shalat, sedekah dll.

2. Orang fakir/miskin apabila menginginkan sesuatu namun tidak terlaksana, maka ditentukan satu pahala baginya.

3. Mereka masuk surga lebih dahulu daripada orang2 kaya

4. Perhitungan amal mereka lebih ringan dibandingan dengan orang2 kaya

5. Penyesalan merekapun lebih sedikit dibandingankan dengan orang2 kaya, sebab orang2 kaya kelak di akhirat mengharap sebagaimana keadaan orang2 fakir


Dari Umar ra bercerita : Pada suatau hari aku bertamu ke rumah Rasul SAW. Beliau tengah tiduran di alas tikar dann tikar tsb membekas pada lambung beliau. Kemuadian akupun melihat tempat gandumnya , tinggal segantang. Lalu aku menangis. Dab beliau pun menegurku : Kenapa engkau menangis ? Jawabku "Kisra dan kaisar , keduanya tidur diatas ranjang bersutera, bagaimana dengan engkau sebagai utusan Allah , aku melihatmu hanya sebagai seorang yang fakir.

Maka beliaupun bersabada : Wahai Umar , tidak relakah engkau jika bagian kesenangan hidup kita (mukmin) disimpan di akhirat , dan bagi mereka (kafir) di dunia. Mereka itulah kaum yang kebaikannya (kenikmatan dan kesenangan) disegerakan di dunia sekarang ini, sedangkan mereka di akhirat tiada bagian sama sekali.
(Dari Ibnu Malik atas Al- Masyariq)


Nabi bersabda :

Orang-orang fakir dari umatku kelak di hari kiamat tegak/bangun dengan wajah cerah bagaikan bulan dan rambut yang ditenun dengan mutiara dan intan merah, serta tangannya memegang gelas cahaya. Mereka duduk diatas mimbar cahaya, padahal umumnya manusia tengah menghadapi perhitungan amal masing2.

Dan para penghuni surga lainnya bertanya : Apakah mereka itu dari bangsa malaikat ?
Dijawab : Bukan

bahkan para malaikat ketika melihat pun bertanya : Apakah mereka dari bangsa nabi ?
Dijawab : Bukan

KAMI adalah dari umat Muhammad. Lalu amal apakah sehingga sampai pada derajat ini ? Amal kami tidak banyak, bahkan kami tidak pernah puasa terusan/sepanjang tahun, serta tidak pernah bangun malam. Hanya saja kami selalu memelihara sholat 5x berjamaah, dan ketika mendengar Nabi Muhammad disebut2 , bercucurlah air mata kami, disamping itu kami juga suka berdoa dengan hati khusu', serta bersyukur kepada Allah atas penderitaan fakir yang menimpa kami
(Zub'atul Wa'idhin)


Maka firman ALLAH :

Janganlah iri hati terhadap apa yang diberikan oleh ALLAH kepada orang lain, bagi kaum pria memperolah bagian dari hasil usahanya, dan kaum wanita juga memperoleh dari hasil usahanya. Mohonlah anugerah dari ALLAH. Sungguh ALLAH mengetahui segala sesuatu
(AN-NISA 32)


AKAN TETAPI PERLU DIKETAHUI, BAHWA LEBIH DAHULU MASUK SURGA BUKAN BERARTI MENENTUKAN TINGGI RENDAH DERAJATNYA DI SURGA KELAK .
SEBAB ADA ORANG TERLAMBAT MASUK SURGA NAMUN DERAJATNYA LEBIH TINGGI DARI SEBELUMNYA, MISALNYA SEPERTI ORANG2 YANG MEMBELANJAKAN HARTANYA UNTUK HAL-HAL KEBAIKAN.


Marilah kita renungkan sejenak AL QURAN, SURAH AL-FAJR :

KEKAYAAN DAN KEMISKINAN ADALAH UJIAN TUHAN BAGI HAMBA2NYA .

15. Adapun manusia apabila Tuhan-nya Mengujinya lalu Dimuliakan-Nya Dan DiberiNya kesenangan , maka dia berkata : "Tuhan ku telah memuliakanku"

16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya , maka dia berkata "Tuhanku telah menghinakanku "

17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim

18. dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin

19. dan kami memakan harta dengan cara mencampurbaurkan yang halal dan yang haram

20. dan kamu MENCINTAI HARTA BENDA DENGAN KECINTAAN YANG BERLEBIHAN.



PENYESALAN MANUSIA YANG TENGGELAM DALAM KEHIDUPAN DUNIAWI DI HARI KIAMAT

21. Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut.

22. dan Datanglah Tuhanmu, sedang malaikat berbaris-baris

23. dan pada hari itu diperlihatkan nekara jahanam , dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.

24. Dia mengatakan : "alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shaleh) untuk hidupku ini"

25. Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti SiksaNYA.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ya Allah , jadikanlah tiap2 kelebihan rizki dan ilmu kami, memberikan manfaat bagi keluarga dan orang2 di sekitar kami...
Tetapkan kami dalam indah syukur mencintaiMU ...
Jadikanlah setiap nikmat yang Engkau berikan menjadikan sarana bagi kami dlm melangkah menuju keridhoan dan kecintaanMu ...
Ya Rabb yang maha mengenggam setiap langkah dan hati kami ...
amin , Allahumma amin ...




Disarikan dari Terjemah Kitab DURATUN NASIHIN

KISAH UMAR BIN KHATTAB DAN SEEKOR BURUNG PIPIT (KASIH SAYANG KEPADA SEMUA MAKHLUK)

Ketika umar meninggal, para ulama di kota itu bermimpi bertemu dengan beliau. Mereka pun bertanya : “Engkau adalah sahabat nabi, dan selalu meyertai perjuangan nabi. Pastilah engkau mendapatkan hadiah yang indah dari ALLAH . Apa yang Allah lakukan kepadamu ?

Jawab Umar : Allah telah mengampuniku dan membalas amal perbuatanku.

Namun diluar itu, ada satu yang paling ALLAH sukai dimana akupun tidak menyangka dengan amalan itu Allah sangat dekat denganku.

Amalan apa wahai umar , tolong beritahu kami, pinta para ulama

Kemudian Umar menceritakan bahwa saat dahulu menjabat sebagai khalifah ( kepala pemerintahan), ia sering menyamar sebagai rakyat kecil dan berkeliling kota .

Pada suatu hari ia melihat sekelompok anak –anak kecil sedang bermain. Ditangan mereka tergenggam seekor burung pipit yang terikat dan dijadikan bahan permainan sehingga burung itu tampak kelelahan dan hampir mati. Oleh beliau burung itu hendak diminta, namun tidak diberikan . Akhirnya oleh sayidina umar burung itu dibeli seharga 100 dirham, dan setujulah anak2 kecil tersebut. Oleh beliau diambillah air dan diberinya burung pipit itu minum, dan kemudian dilepaskan burung itu kembali terbang.


Kepada para ulama Sayyidina Umar berkata :

“Tatkala kalian meletakkan jasadku di dalam kubur, dan meninggalkan ku seorang diri, tiba-tiba datanglah 2 malaikat yang sangat menakutkan. Terasa gemetar seluruh persendianku karena takut. Mereka berdua lalu memegang dan mendudukkan ku serta mengajukan pertanyaan.”

Tiba-tiba aku mendengar suara berseru tanpa terlihat siapa pemilik suara tersebut .

“Kalian tinggalkan hambaku ini, dan jangan kalian berbuat yang menakutkan. Sesungguhnya aku menyayanginya dan membalas amal perbuatannya karena dia menyayangi dan menyelamatkan seekor burung pipit pada waktu di dunia. Maka sebagai balasannya, AKUpun menyayanginya di alam akhirat,





Dikutip dari Buku Oase Spiritual 1 (hikmah dalam Ujaran & Kisah)
disadur dari kitab klasik Al Mawa’izh al Ushfuriah karya syaikh Muh bin Abu bakar al ushfuri.